Kemajuan teknologi membawa banyak manfaat dalam kehidupan, namun di sisi lain juga menghadirkan tantangan besar dalam proses bimbingan kefitrahan. Era digital memberikan akses informasi yang sangat cepat, luas, dan sulit dikendalikan. Hal ini membuat banyak nilai fitrah mudah tergeser jika tidak ada pendampingan yang tepat. Oleh karena itu, memahami tantangan di zaman modern menjadi langkah penting agar bimbingan kefitrahan tetap relevan dan efektif.
1. Paparan Informasi Tanpa Batas
Di era digital, anak, remaja, bahkan orang dewasa terpapar berbagai informasi yang tidak semuanya bernilai positif. Konten yang tidak mendidik, berita palsu, tontonan yang tidak sesuai usia, hingga budaya instan dapat mengaburkan nilai fitrah. Tanpa filter yang baik, seseorang bisa menyerap pola pikir yang bertentangan dengan prinsip moral dan akhlak.
2. Ketergantungan pada Gadget dan Media Sosial
Penggunaan gadget berlebihan menjadi salah satu tantangan terbesar. Ketergantungan ini dapat mengurangi interaksi sosial nyata, melemahkan kepekaan emosional, serta mengganggu fokus belajar dan ibadah. Dalam konteks bimbingan kefitrahan, penggunaan gadget yang tidak terkontrol dapat menjauhkan seseorang dari nilai-nilai kebaikan dan tanggung jawab.
3. Perubahan Pola Komunikasi dan Perilaku
Media digital mengubah cara seseorang berkomunikasi, bahkan mempengaruhi karakter. Budaya komentar kasar, perdebatan online, serta kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain dapat menurunkan kepercayaan diri dan merusak hubungan sosial. Tantangan ini membuat pendampingan karakter harus dilakukan dengan pendekatan yang lebih bijak dan adaptif.
4. Hilangnya Keteladanan di Dunia Virtual
Di dunia digital, banyak figur publik yang menjadi panutan tanpa memperhatikan kualitas akhlak dan moral. Sementara itu, keteladanan orang tua atau guru bisa tersaingi oleh konten viral atau tren media sosial. Bimbingan kefitrahan harus mampu mengarahkan seseorang memilih teladan yang benar, bukan sekadar populer.
5. Godaan Budaya Instan
Era digital mendorong pola hidup serba cepat dan instan. Hal ini berpotensi melemahkan nilai fitrah seperti kesabaran, kerja keras, dan kesederhanaan. Banyak orang ingin hasil cepat tanpa proses, padahal pembentukan karakter membutuhkan pembiasaan dan konsistensi. Ini menjadi tantangan besar dalam menanamkan nilai-nilai kefitrahan.
6. Minimnya Kesadaran Diri Akibat Distraksi Digital
Terlalu banyak waktu di dunia digital dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk mengenal dirinya sendiri. Distraksi terus-menerus membuat seseorang sulit merenung, mengevaluasi diri, dan menguatkan spiritualitas. Bimbingan kefitrahan memerlukan momen hening, fokus, dan kedamaian—hal yang sering hilang di era digital.
7. Tantangan dalam Mengajarkan Akhlak secara Online
Meskipun teknologi dapat menjadi sarana dakwah dan pembelajaran, mengajarkan akhlak melalui dunia digital tetap memiliki keterbatasan. Tanpa interaksi langsung, seseorang lebih sulit memahami keteladanan, empati, dan tindakan nyata. Oleh karena itu, pendampingan offline tetap sangat dibutuhkan.
8. Cara Mengatasi Tantangan Ini
Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk menjaga nilai fitrah di tengah perkembangan teknologi antara lain:
-
Menggunakan teknologi secara bijak dan terarah
-
Membuat aturan penggunaan gadget yang sehat
-
Menyediakan konten positif dan edukatif
-
Menguatkan komunikasi keluarga
-
Menggabungkan pendidikan karakter offline dan online
-
Menanamkan nilai spiritual sebagai benteng diri
Tantangan era digital bukan untuk dihindari, tetapi dikelola dengan baik agar tetap selaras dengan nilai fitrah manusia.

Komentar
Posting Komentar